Insya'Allah, hitam ya hitam, putih ya putih, tidak akan aku tukarkan !
Melalui Blog ini Saya menyediakan layanan kunsultasi hukum dan membantu membuat dokumen dokumen hukum bagi masyarakat.

Jumat, 19 Juni 2020

Apakah benar orang Minang sebelum abat ke_15, pernah beragama Budha ?

Saudara saudara se Bangsa dan se Tanah Air,
Sungguh saya sangat tergelitik rasa ingin tahu saya oleh pernyataan seseorang yg menyatakan bahwa sebelum memeluk Islam orang Minang beraga Budha
Sungguh, kebanggaan saya terlahir sebagai orang Minang dengan ajaran adatnya yg memuat nilai nilai Islami, selalu berfikir dan belajar dari fenomena alam, membuat saya semakin ingin mencari bukti atas pernyataan tersebut di atas.
Ada beberapa hal yg saya temukan sebagai berikut;
1. Bahwa fakta yg tak dapat dipungkiri ajaran budaya Minangkabau itu tidak punya data autentik, semua disapaikan dari mulut ke mulut secara turun temurun dari nenek moyang. Barulah sekitar abat ke_15, ditemukan Tambo Adat Minangkabau bertuliskan Arab dalam bahasa Melayu, orang menyebutnya "tulisan Arab_Melayu.
2. Bahwa kalau benar sebelum abat ke_15 orang Minangkabau beragama Budha, kenapa tidak ada, tidak pernah ditemukan Tambo Adat bertuliskan bahsa sanskerta yg dibawa oleh orang Budha dari India ? Atau mereka hanya mengajarkan agama, tidak tulisan ? Kalau demikian, orang Minang tidak pernah membaca kitab Budha dong ?
3. Bahwa budaya Minang disusun dalam bentuk pepatah petitih yg sarat dengan ajaran moral dan interaksi sosial yg didasari oleh pandangan hidup atau way of life' Alam Takambang jadi guru". Apakah ada pepatah petitih itu yg menunjukan pengatuh ajaran Budha ? Ini benar benar pertanyaan, sebab saya tidak tau ajaran Budha. Namun ada sebuah ungkapan dalam budaya Minang seperti ini:
" Dahulu iduik bakalang adat, mati bakalang tanah, kini iduik Baraka mati bariman".
Ungkapan tersebut artinya dahulu hidup dengan bersandarkan adat, meninggal dengan bersandarkan tanah, sekarang hidup berakal mati beriman. Dalam ungkapan ini jelas, tidak ada nuansa agama Budha ya, karena orang Budha mati tidak dikubur, melainkan dekeramadi atau dibakar.
3. Artinya lagi, dahulu (sebelum memeluk Islam), orang Minang kalau mati tetap dikuburkan seperti ajaran Islam, dan dahulu orang mengikuti petunjuk adat dlm kehidupannya, baik pribadi maupun dalam berinteraksi secara sosial masyarakat .
Contoh:
Anak dipangku , kamanakan dibimbiang, urang kampuang dipatenggangkan, kana iduik kabinaso. (Anak dipeluk, keponakan dibimbing, orang sekampung disantuni, ingat hidup pasti mati).
4. Bahwa orang Minang terkenal perantau, keseantero dunia ini. Dahulu spai ke Malaysia, Filipina. Adakah diantara mereka yg beragama Budha ? Jawabnya sampai sekarang belum ada Khabar berita tentang itu, yg ada hanyalah;
_ Orang Minang pada abat ke12, merantau ke Malaysia, berikut dengan membawa segala akar budaya dan masakannya, seperti baju kurung dan rendang. Sampai sekarang budaya baju kurung menjadi budaya orang Malaysia juga, termasuk masakan rendang
_ Orang Minang merantau ke philipina pada abat ke 13, sekaligus mengembangkan Islam., Yakni di Mendanai, Manila, Sulu, bahkan seorang Ulama bersal dari Koto Tangah Padang, bernama Bagindo Ali mendirikan Kerajaan Sulu pada abat ke 14 , dan pada awal abat ke 15, keturunan beliau mendirikan kerajaan di Manila, bernama Raja Sulaiman yg ada patungnya sampai saat ini di kota Metropolitan Manila, ibu kota Philipina.
Jelas ini juga tidak mendukung adanya agama Budha di Minangkabau sebelum abat 15.
5.Dari segi budaya berpakaian, apakah wanita Budha pakai baju kurung ? Apakah laki laki Buda kepalanya ditutup deng saluk balango dan pakai kain sarung ?
Faktanya adalah wanita Buda berpakaian seperti yg kita lihat di Jawa dan Bali, sedang laki laki Budha tidak pakai tutup kepala dan kain sarung seperti laki laki Minang. Jadi tidak ada juga nuansa Budhanya bukan ?
6. Bahwa baju kurung wanita Minang diperlebar disamping dibawah ketiak, dan sangat longgar, dengan selendang dilipat bersilang ke atas, kemudian setelah memeluk Islam, mulai dilakukan selendang tersebut dililitkan ke bawah leher, menutup leher. Tetap, tak ada nuansa Budhanya.
(Bersambung.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda dapat mengirim blanko konsultasi yang sudah diisi di sini.